Monday, July 18, 2005

Senin Baru - Senyum!

Abis aja nonton Spartacus film bikinan Stanley Kubrick (film terkenal bikinan dia: full metal jacket, a clockwork orange) yang diambil dari (I guess) kisah nyata jaman abad pertama2.

Ceritanya kurang lebih tentang a slave yang mau ditrain jadi gladiator bernama Spartacus. Orang ini biarpun engga pernah mengeyam pendidikan, nyatanya lumayan cerdas. Dia bisa punya harga-diri yang tinggi, dan engga menerima kenyataan bahwa dia harus jadi slave seumur hidup.

Dengan memanfaatkan kesempatan yang ada, dia membawa teman-teman slavenya untuk uprising dan bertolak ke barat itali, untuk mencoba kembali ke tanah masing2 dan bebas. Biarpun mereka gagal, dan perbudakan masih merajalela, semangat dan keberaniannya berkata sesuatu terhadap dunia, menampir Kejayaan Roma pada Zaman itu akan keangkuhan mereka.

Kalau dipikir-pikir sungguh aneh hobi orang roma itu. Mereka (cowo dan cewe) bisa enjoy ngeliatin orang-orang (gladiators) saling bunuh gitu. bahkan pada scene dimana pertarungan udah dimenangkan oleh satu pihak, dan dimana orang ini enggan membunuh lawannya, penonton orang roma ini malah berteriak-teriak menyuruh orang itu bunuh lawannya.

Sebenernya yang salah itu orang-orang roma kuno yang keji itu, atau kita yang terlalu lembek. Atau ternyata, manusia sudah berkembang ke peradaban yang lebih manusiawi dan pantas. Mungkin zaman sekarang yang menganggap hal-hal seperti itu keji, sebenarnya menganggap hal-hal demikian keji hanya karena perbedaan zaman saja. Dengan kata lain suatu saat, mungkin 20 abad dari sekarang, sebagian hal-hal yang kita lakuin sekarang adalah keji bagi mereka, karena mereka yang sudah lebih maju bakal mempunyai tingkat manusiawi yang lebih tinggi lagi.

Bukankah demikian nyatanyaa kalo kita pikirkan? Apakah ngedugem semaleman secara berlebihan (menghabiskan ratusan ribu rupiah) memakai uang bapak yang didapet dari memaksimalkan untung, dengan cara meminimalkan hal yang bisa diminimalkan ongkosnya itu disebut manusiawi? sekilas memang iya. Tapi kalo kita mau berpikir lebih jauh, apakah hal 'meminimalkan ongkos' itu benar2 manusiawi? - untuk menggampangkan ilustrasi, pikirkan pernyataan ini: apakah artinya seribu-rupiah di tempat dugem, nah apa artinya seribu rupiah ini bagi anak kecil tukang bajay? (ini sepersepuluh uang sekolah bulananya, kalau ada sepuluh orang merelakan seribuan ini, udah beres uang sekolah adik kecil itu;). Perlukah kita tawar-menawar terhadap orang kecil? Manusiawikah itu?

Yah, tapi gua disini bukan mau ngadilin dan nyeramahin orang (gua juga masih hijau dan berengsek), gua cuman mau ngajak berpikir bersama, merenungkan apa yang patut direnungkan. Kalo loe mau bilang gua ga selayaknya ngomong hal yang gua sendiri ga bisa lakuin, engga apa-apa, hal itu memang lumrah diucapkan. Tapi tanyakan pada nuranimu sendiri, salahkah yang gua omongin? Salahkan pesan-pesan disampaikan oleh Spartacus? Apakah hal-hal yang kita lakuin ini kelak (mungkin 20 abad lagi) bakal disebut sebagai manusiawi?
Apakah kita perlu menunggu orang-orang seperti Spartacus, untuk menampar muka-muka angkuh kita?

Terima-kasih atas waktunya; semoga dunia-lebih-damai!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home