Wednesday, July 20, 2005

Rabu Pagi - Small World Phenomenon!

Kemarin waktu skim buku Tipping Point bikinan Malcolm Gladwell, di chapter 2 (kalo engga 3, gua lupa) nya ada ulasan mengenai Small World Phenomenon, konsep yang kurang lebih menyimpulkan bahwa dua orang acak didunia sebenarnya terhubung melalui rantai hubungan sosial yang pendek. Misalnya: gua ama Hakusenang Tawa (orang yang diambil secara acak di Afrika) terhubung melalui rantai teman yang engga terlalu panjang. Maksudnya seperti ini: gua punya temen baik - yang punya temen pelajar dari Africa - yang punya sepupu - yang punya pacar - yang merupakan teman sekelasnya - sepupunya - tetangganya Hakusenang Tawa. Jadi disini gua terhubung ama Hakusenang Tawa melalui 8 orang.

Pada mulanya, Stanley Milgram, psikolog yang mengadakan eksperimen ini, melakukan percobaan dengan mengambil dua penduduk US secara acak untuk dicari tahu melalui beberapa orangkah kedua orang ini terhubung, dan dia menemukan bahwa rata-rata dua orang penduduk US secara acak terhubung melalui 6 orang. (sebelum eksperimen dilakukan, terkaan orang pada umumnya adalah 100 orang, 16 kali lipat dari hasil riset)

Tentunya temen-temen yang sering nge-friendster, pasti secara kurang lebih merasa familiar dengan konsep ini. Karena terkadang di friendster kita memang sering dibikin kaget ama hal-hal yang semacam "loh ... ternyata pacarnya si Andi itu masih temennya sepupu gua toh ..." atau hal-hal semacamnya, yang intinya membuat kita kaget, dan merasa-rasa kalo omongan "dunia itu kecil" ternyata lebih bijak dari perkiraan sebelomnya.

"We are the world. We are the children. We are the ones who make a brighter day. So, let's start giving" (Michael Jackson: We are the world)

Yang mungkin perlu direnungkan, mengatakan-sesuatukah konsep ini tentang perdamaian dunia? Perdamaian dunia yang selalu kita andai-andaikan. Mungkin untuk perdamaian dunia sedikit agak muluk, tapi mungkin penerapan lebih lanjut akan konsep ini bisa membuat dunia bisa sedikit lebih saling sayang.
Kenapa bisa begitu? Ingatkah anda akan omongan lama "tak kenal maka tak sayang," bener sekali ... seringnya kita engga bisa peduli (sayang) ama orang karena kita engga kenal.

Nah untuk langsung saja menghubung2kan kedua orang secara paksa juga susah. Mungkin yang aku maksudkan lebih seperti ilustrasi berikut: kalo misalnya gua bisa tahu kalo si Acong ternyata adalah temen maennya sepupu gua waktu sd, gua pasti bakal lebih mikir sebelon gua pukulin dia kemarin. karena kemarin gua sama sekali engga ada ide siapa tahu itu Acong. Masuk akal tidak?

Apakah pengedara mobil (yang tadi sore gua maki-maki, gua klakson-klakson, dan mungkin bakal gua pukulin kalo dia nyampe turun dari mobilnya) itu bakal gua kutuk-kutuk separah itu kalo gua tahu dia itu ternyata adalah temen baeknya adiknya temen baeknya kakakya pacar gua?) - mungkin terdengar aneh, tapi kalo dua orang acak di US aja terhubung melalui 6 orang, bukankah masuk akal kalo dua orang acak di Jakarta terhubung melalui 5 orang (seperti contoh diatas). Mungkin kasus-kasus yang kita alami tidak selalu seindah contoh gua (gua memakai kata 'temen baek,' 'pacar' dan hubungan keluarga yang berkesan lebih intim dibanding 'temen' atau 'kenalan' yang berkesan kurang intim), tetapi bukankah asal-kenal itu udah jauh lebih baik dibanding engga ada hubungan sama sekali?

Gampang-gampangan, kalau loe dipaksa mukulin satu diantara dua orang, loe bakal pilih orang yang loe engga tahu asal-usulnya atau orang yang ternyata temennya-temennya-temen loe.

Benerbener - 'Tak kenal maka [lebih] Tak Sayang' kan?

Tapi gimana caranya mengembangkan konsep ini?
Hal terdekat yang muncul dari pikiran gua itu adalah dengan menggabungkan konsep 'friendster' dan handphone yang diberi sedikit tambahan aplikasi.

Nah, siapa yang engga punya handphone sekarang di Indo? (yah memang masih banyak sih ... tapi ini cuman contoh kasar, mungkin kalo ide gua bener-bener bisa dipake, kita bisa bikin alat yang lebih tidak butuh banyak biaya, sehingga bisa dijangkau semua orang),

Jadi caranya begini, semua orang di Indonesia(pake contoh indo dulu aja), sewaktu mendaftar KTP atau SIM, diharuskan memasukkan nama-nama orang yang mereka kenal (mungkin data ini tetap dijaga privasinya dan tidak boleh dibuka oleh publik), yah intinya mirip Friendster. Jadi Pemerintah punya database yang isinya mirip friendster. Siapa kenal Siapa kenal Siapa.

Nah, entaran di handphone kita dikasih satu aplikasi baru. namanya mungkin: 'SIAPA DIA?'

Terus misalnya gua dijalan mau bentrokan ama orang acak nih (asumsi dia juga punya hp), kita tinggal pencet satu tombol 'SIAPA DIA' diarahin ke handphone itu orang terus dengan memakai sistem infra-red atau blue-tooth (atau semacamnya lah, gua engga ngikutin teknologi hp), kita bakal kirimkan satu data unik (mungkin berupa nomor, dimana setiap penduduk mempunyai nomor unik) yang bakal mengirim pesan ke hp orang itu, menanyakan kalo orang itu setuju untuk mengecek juga "SIAPA DIA", kalau setuju, hp orang itu bakal secara otomatis mengirimkan nomor unik gua dan nomor unik orang itu sendiri ke instansi milik negara yang menyimpan database mengenai "Siapa kenal Siapa kenal Siapa" yang gua maksudkan tadi.

Terus setelah software mereka berhasil nemuin gimana kita bisa terhubung ama orang itu, data 'rantai-teman' itu bakal dikirimkan ke hp kita berdua, sehingga kita bisa sama-sama tahu gimana kita bisa saling terhubung, dan kalo ternyata dia masih temennya temennya temen gua (dan berdasarkan theori small world phenomenon, kemungkinan besar memang demikian), maka kemungkinan terjadi bentrokan bisa berkurang bukan?

Yah, tentunya semua itu engga segampang itu. Ini cuman 'rough idea,' dari hasil mikir-mikir sambil minum kopi. Siapa tahu kalian-kalian yang lagi iseng baca blog gua ini bisa kepikiran penerapan yang lebih praktis, dan bener-bener bisa bikin konsep 'tak kenal maka tak sayang' + 'friendster' + 'small world phenomenon' menjadi suatu konsep baru yang bisa membuat dunia ini menjadi lebih saling kenal, saling senyum, dan dengan kata lain, dunia ini menjadi-lebih-damai. Hehe, sekian. Terima kasih atas waktunya.

*Pictures are not mine, credit goes to the owners.
*Gua engga bener-bener mukulin Acong loh. Hehe, semua contoh diatas fiksi.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home