Tuesday, July 12, 2005

From Flowers - Be Happy!

















From Flowers, be happy!

So many! Flowers - there's so many.
One for me, and one for you,
Thanks God, still so many left in the world.

So many! Flowers - there's so many.
would you bring one to the cute little girl?
and would you bring one to the next girl too,
the one who sits in the wheelchair?
One for each of the girls,
and thanks God, still so many left in the world.

So many! Flowers - there's so many.
Teach me wisdoms, grandma, grandpa.
I'll give you each a flower.
Teach me to sing, mama.
I'll give you a flower.
Teach me to be strong, papa.
I'll give you a flower.
Brothers, sisters, hug me.
I'll give you each a flower.
Flowers for all the familiars,
and thanks God, still so many left in the world.

So many! Flowers - there's so many.
Would you go with me to the bazaar,
to give flowers to happy couples?
or should we go to the shelter,
to give flowers to homeless couples?
Flowers for all of the couples,
and thanks God, still so many left in the world.

So many! Flowers - there's so many.
Lets give each our friends one,
and why don't we also give some
to the we-dont-know ones?
Yet thanks to God,
still so many flowers left.
So shall we go get the we-don't-want-one,
and give ‘em flowers too?

So many! Flowers - there's so many.
why do we have so many flowers,
yet not so much love? - instead,
hate in plenty? Tears in plenty?

Flowers, oh flowers,
help us to love each-other more.
If possible flowerever,
or at least until we say goodbye to each-other.

So many! Flowers - there's so many.
Enough for all beings.

So, smile brothers and sisters!
For each smiling face would be given a flower.
not from me. not from him nor her.
but from Above.

twigs and branches
















one grayish day
when big convoy of wind was
passing by,
the sky was calling me,
rain-drops knocking my window
lurring me to look at above,
and when I turned my head up.
I saw twigs and branches,
and behind it
was the vast kingdom of sky.

I fell in love with the scene.

dongeng taman bunga

di tengah buaian gerimis,
kulihat kamu dan temanmu
ditengah pengharapan mencari bunga.
sambil memandang, kubertanya dalam hatiku
ada kenangan apa dibalik muka lesumu?
akankah sekuntum bunga mewarnai harimu?
memberikan sedikit senyum pada lesumu?
namun nyatanya, kudiam saja.
bungapun tak kuberikan.

di waktu lain, hari itu keluh-kesah menemaniku;
kau dan temanmu masih disana.
kubertanya dalam hatiku
kenapa kamu masih disana mencari bunga,
tak mengertikan kamu tentang dunia,
namun nyatanya, kudiam saja,
menatap kosong akan pencarianmu,
meninggalkanmu.

saat hari itu kubersuka ria;
kujuga melihatmu dan kawanmu.
kamu masih mencari bunga disana.
karena sedang bahagia, kuberi kau bunga berwarna.
kau memberi senyum kecil, dan pergi begitu saja,
saat kutanya temanmu, dia berkata kalau kau pergi
mencari bunga di taman sebelah.
kumelihat kau pergi, dan meninggalkanmu

saat kusedang melamun,
kumemirkanmu dan kawanmu,
kenapa kau terus mencari bunga?
apa arti bunga dalam hidupmu?
dalam membawa tanya, kumencarimu di taman.
kulihat kau disana, mencari bunga,
saat kutanyakan, kau malah bertanya apakah
aku mau memberi bunga,
saat kuberi kau bunga, kau pergi ke taman sebelah.
dengan penuh tanya, kukejar, dan kau semakin menjauh.
kuberlari lebih kencang, dan kau semakin jauh.
kuberteriak, teriak, dan kau menoleh,
bertanya kalau aku masih punya bunga.
kubilang kutak punya, dan kau berkata
kalau sehelai rambutku bisa berubah menjadi bunga
bila ditetesi air mataku,
makaku mencoba, dan benar adanya.
kuberi kau bunga dari rambutku.
tapi kau tak pernah puas dan tetap berkata sama
bertanya apakah aku mempunya bunga.
setelah sekian lama, habis sudah rambutku.
dan ketika kau tetap bertanya,
kuterdiam saja, dan kaupun semakin menjauh.

kuputus asa, dan merasa sedih.

dan saat kumenangis, seseorang lewat dan memberiku bunga.
sesaat kuberhenti menangis dan tertawa,
namun ketika sedihku hilang, begitu juga bunga itu lenyap.
sejak saat itu, bunga bunga darinya selalu berdatangan ketika kusedih.
kubertanya tanya apakah yang terjadi,
tapi ku tetap tak mengerti.
sesaat ku menunggu bunga bunga itu datang,
dan kubuat-buat rasa sedihku, supaya dia datang membawa
bunga untuk menghilangkan resahku.
sampai ketika dia berkata, kalau-kalau dia telah memberi
semua bunga yang dia punya.
maka kuberkata
kalau sehelai rambutnya bisa berubah menjadi bunga
bila ditetesi air matanya,
dia melakukan yang sama, dan memberiku bunga dari rambutnya
sampai pada akhirnya dia kehabisan rambutnya,
dan akupun meninggalkannya, tuk mencari orang orang
yang mempunyai bunga.



sering kumerasa kusudah mengerti,
nyatanya aku masih hijau dalam pahit manisnya dunia.
dear ... forgive me for what I did.

Siapakah aku?










entah sejak kapan
nafasku menjadi biru
gelembung gelembung biru keluar dari mulut
dan hidungku..
sekian kuterdiam merenungi, mencari tahu
kemana mereka pergi
sebagian meletus
sebagian terbang lewat celah jendela

entah sejak kapan
dinding dinding kamar menjadi kabur
kucoba dekati, dan mereka lenyap
sekitarku gelap dan kosong,
hanya ada aku dan kursi merahku
dan sebuah lampu meja kecil

entah sejak kapan
diriku menjadi kabur...
kucoba rasakan kulit dan dagingku
tapi mereka tak ada ...
yang ada hanyalah nyawaku ..

entah sejak kapan
nyawa itu kini berada di tubuh manusia ini
bersama hembusan nafas ini,
bersama denyutan nadi ini,
hidup sebagai insan ini.

insan yang termenung dan bingung.