Wednesday, July 27, 2005

Rabu Pagi - Hanya sebuah cerita


















Orang tuaku bercerita,
kalau-kalau aku pernah hampir binasa.
Kala itu aku masih kecil, belon bisa cari uang,
bahkan belon bisa jalan sendiri.

Hari itu dingin sekali, karena demam tinggi
aku perlu dibawa ke tempat yang hangat,
karena tempat kami tinggal tak berkondisi layak,
dimana rasa hangat hanya muncul ketika mimpi saja.

Maka orang-tuaku berkelana mencari rumah hangat,
rumah hangat yang tak nampak di desa miskin kami.

Rumah pertama yang terlihat hangat enggan membuka mulut.
gemerlap yang ada nampaknya alergi orang miskin,
atau mungkin mereka takut bau kami mencemari makan malam mereka,
apapun kalimat yang didengungkan ke anak-anak kecil
yang menatap polos kearah kami, kami tak mengerti.
kami hanya menyingkir.

Rumah kedua begitu melihat kami langsung tutup mata,
dan pura-pura tidur.
lampu-lampu tak nampak nyala,
karena kurang berpendidikan, tak banyak yang kami tahu
tapi paling tidak kami tahu diri,
kami pun menyingkir.

Rumah ketiga sempat buka mulut,
tapi kami tahu isinya cuman dusta.
sepanjang rel kereta trans-siberia ataupun,
sependek kuku semut,
dusta adalah dusta, tidak ada bedanya.
Tak ingin melukai hati rumah,
yang mungkin berdusta dengan airmata di punggungnya,
kami pura-pura percaya, tersenyum kecil
menyingkir.

Menyerah tidak sedikitpun terpikirkan oleh bapakku,
dingin dan lelah sudah ditimbal oleh tangisanku,
katanya padaku,
melalui tatapan matanya yang basah, dan senyum kecilnya
dibalik bola-bola putih lucu yang bersandiwara
diatas rambutnya. sekali-kali ditampir.

Rumah keempat menutup mulut dan mata juga,
tapi tangannya menunjuk ke rumah diseberang sungai.

Setelah bersusah payah menyeberang,
kami sampai di rumah kelima.
Rumah kelima tak kunjung buka mulut,
tapi malah keluar suara dari matanya,
bilang kalau mereka peduli,
kemudian menyusul - tapi kunci mulutnya hilang,
maka mereka engga bisa mempersilahkan kita masuk.
Tidak mengerti lelucon rumah kaya,
kami memutuskan untuk menyingkir.

Rumah keenam terlihat congkak,
tapi kata ayah begitu melihat bayi nangis,
matanya berkaca-kaca, mulutnya terbuka lebar.
Kami dipersilahkan masuk mencari kehangatan,
asalkan bapak saya mau dijadikan budak,
untuk menebus utang budi ini.

Itu dua puluh tahun lalu,
bersyukur sekarang rumah-rumah sudah
dipasangin simbol-simbol religius,
jadi kalo ada anak-kecil demam lagi,
engga perlu pusing cari rumah buat menghangatkan diri.
Sudah seharusnya bagi ajaran mereka untuk menampung bayi sakit.
Beruntung mereka, tidak seperti aku yang hampir binasa.


Bayangan kira-kira dari saya,
tentang ilustrasi pengalaman bayi sakit yang ditolak enam rumah sakit,
dua puluh tahun setelah dia berhasil diselamatkan.
Berita selengkapnya tentang kejadian itu, silahkan baca disini.

Selasa Siang - Berapa berat gelas?

Barusan gua dapet email dari teman, isinya tentang ceramah Stephen Covey (author of The Seven Habits of Highly Effective People), gua pikir cukup bagus untuk pelumas, bila otak dan tubuh sudah mulai karatan, demikian isinya:

Bukan berat Beban yang membuat kita Stress, tetapi lamanya kita memikul beban tersebut.
-Stephen Covey



MANAGEMENT STRESS

Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Stephen Covey
mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya: "Seberapa
berat menurut anda kira segelas air ini?"

Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr. "Ini bukanlah
masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda
memegangnya." kata Covey.

"Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya
memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya
memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan
ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya
memegangnya, maka bebannya akan semakin berat."

"Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak
akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya."
lanjut Covey.
"Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut,
istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi". Kita harus
meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar
dan mampu membawanya lagi.

Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan
beban
pekerjaan. Jangan bawa pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok.
Apapun beban yang ada dipundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak
jika bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil lagi.

Hidup ini singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya...!!
Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat, atau
disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di relung hati kita.

Start the day with smile and have a good day........

Selasa Awal - My dream, what are you?















Ketika gua tidak sengaja nyampe di blognya Mas Tom (orang yang gua juga belon kenal), gua tersentak membaca penggalan pidatonya Steve Jobs (CEO Apple Computer, foto diatas) kepada lulusan universitas Stanford. Kenapa gua tersentak? karena Steve Jobs seakan-akan mendukung apa yang sedang saya geluti akhir-akhir ini, kalau-kalau seharusnyakah aku mencari apa yang benar-benar aku sukai.
Demikian penggalan pidatonya:

Sometimes life hits you in the head with a brick. Don’t lose faith. I’m convinced that the only thing that kept me going was that I loved what I did. You’ve got to find what you love. And that is as true for your work as it is for your lovers. Your work is going to fill a large part of your life, and the only way to be truly satisfied is to do what you believe is great work. And the only way to do great work is to love what you do. If you haven’t found it yet, keep looking. Don’t settle. As with all matters of the heart, you’ll know when you find it. And, like any great relationship, it just gets better and better as the years roll on. So keep looking until you find it. Don’t settle.

Dalam bahasa Indo:
Terkadang hidup tidak semulus yang kita harapkan. Jangan patah harapan. Aku yakin bahwa hal yang membuatku terus bersemangat adalah aku mencintai apa yang aku lakukan. Kau harus menemukan apa yang kau cintai. Baik dalam pekerjaan, maupun kehidupan cinta. Pekerjaanmu nantinya bakal mengisi sebagian besar dari hidupmu, dan satu-satunya cara untuk benar-benar menjadi puas akannya adalah hasil kerja yang luar-biasa. Dan faktor terpenting untuk menghasilkan kerja yang luar-biasa adalah kamu mencintai pekerjaanmu. Jika kamu belum menemukannya, tetaplah mencari. Jangan berhenti. Kamu akan tahu ketika menemukannya. Dan seperti kehidupan cinta yang sukses, pekerjaan yang kamu sukai akan menjadi lebih dan lebih baik. Jadi teruslah mencari sampai kau menemukannya. Jangan berhenti.

Yah, gua baru lulus BS (S1) di bidang Computer Science (informatika), tapi sebenernya sejak dari 2 tahun lalu gua udah menemukan kalo gua engga begitu ada passion di bidang ini, gua suka logic, suka memecahkan teka-teki, suka menganalisa algorithm, dan hal-hal laen yang seakan-akan adalah bagian penting dari Computer Science; namun nyatanya gua engga gitu suka programming, alasan utama ketidaksukaanku adalah aku tidak mau membuang terlalu banyak waktu di depan komputer, aku tidak mau menjadi tua di depan komputer dan juga karena aku benci untuk mesti mengingat terlalu banyak detail (menghafalkan programming language).

Beberapa saat lalu, aku mempertimbangkan untuk mengambil S2 di bidang lain, tapi karena alasan biaya dan kenyataan bahwa S1-ku sia-sia, gua mulai menyetop angan2ku. Sebelon angan-angan itu bener-bener ilang, gua mencoba untuk mencari tahu secara pelan-pelan apa yang bener-bener gua sukai (my real passion). Psycologykah? Philosphykah? atau apa yah ... soalnya gua kira passion gua berkisar disekitar itu. Gua mencoba untuk nyari-nyari buku tentang psychology dan philosophy di library, tapi entah kenapa buku yang gua pinjem kayanya kurang bener-bener membantu gua mengambil keputusan tentang hal ini (gua juga agak bingung mesti nyari buku yang kaya gimana untuk ngenalin gua di bidang itu, gua mencoba nyari buku "introduction to..." tapi engga nemu, dan akhirnya malah pinjem buku self-improvement->untuk psychology, dan buku introduction-to-western-philosophy->untuk philosphy).

Anyway, di tengah struggle gua, gua baca artikel si Mas Tom, dan pidatonya Steve Jobs, dan gua merasa dikuatkan. Mungkin gua bakal tetap mencoba nyari selagi gua masih bisa stay di US.